Universitas Bung Hatta

Menuju Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

Bg Universitas Bung Hatta
In Memoriam Hasan Basri Durin : Tokoh Masyarakat dan Pendiri Yayasan Pendidikan  Bung Hatta
Selasa, 15 Januari 2019 Informasi Kampus

In Memoriam Hasan Basri Durin : Tokoh Masyarakat dan Pendiri Yayasan Pendidikan Bung Hatta

Drs. H. Hasan Basri Durin Dt. Rangkayo Mulie Nan Kuniang lahir di Nagari Jaho, Kabupaten Tanah Datar tanggal 15 Januari 1935. Nagari tersebut di sebelah timur berbatasan dengan Kota Padang Panjang, tetapi jauh dari ibu kabupatennya, Batusangkar. Alam Nagari Jaho berada di perbukitan dan banyak sawah rakyat. Suasana pedesaan dan sebagian besar penduduknya adalah petani. Dalam suasana pedesaan itulah, Hasan Basri Durin dibesarkan, sampai dia menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Padang Panjang, dengan orang tuanya juga petani.

Dalam kariernya di bidang pemerintahan, Drs. Hasan Basri Durin pernah menjabat sebagai Walikota Jambi (1966 s.d. 1968), Walikota Padang (1972 s.d.1983), Pembantu Gubernur wilayah II (1983 s.d.1987), Gubernur Sumatera Barat dua periode (1987 s.d.1997), Ketua Fraksi MPR Utusan Daerah (FUD, MPR) tahun 1998 dan Menteri Negara Urusan Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (1998 s.d. 1999), yaitu pada masa Presiden B.J. Habibie.

Dalam Yayasan Pendidikan Bung Hatta, beliau adalah pencetus pertama gagasan didirikannya Universitas Bung Hatta, dan langsung menjadi pendiri serta menjabat sebagai Ketua Yayasan dari tahun 1981 s.d. 2007. Setelah undang-undang tentang yayasan disahkan DPR RI, di mana pendiri menjadi beralih menjadi Pembina, jabatan Ketua Badan Pengurus Yayasan Pendidikan Bung Hatta ditunjuk Prof. Dr. Fachri Ahmad, M, Sc. mantan Wakil Gubernur Sumatera Barat, dan juga mantan Rektor Universitas Andalas selama dua periode. Sementara itu, Ketua Yayasan sebelumnya beralih menjadi Ketua Badan Pembina Yayasan Pendidikan Bung Hatta, yaitu Drs. Hasan Basri Durin.

Selama perjalanan beliau sebagai pimpinan tertinggi yayasan, sejak tahun 1981, memang tidak kelihatan adanya keuntungan pribadi atau keluarga atas yayasan dan universitas. Bahkan, sampai tahun 2015, kelihatan sekali bahwa beliau tetap pada pendirian bahwa mendirikan yayasan bukanlah untuk mendapatkan sesuatu keuntungan. Apalagi dengan keluarnya undang-undang tentang yayasan tahun 2006, bahwa pendiri sama sekali tidak menerima penghasilan tetap dari yayasan. Kalaupun ada penerimaan secara insendentil yayasan bersama pendiri lainnya, beliau mengembalikan uang tersebut kepada yayasan sebagai sumbangan.

Bagi yayasan dan Universitas Bung Hatta, hal-hal tersebut hendaknya tidak terjadi karena dibangun secara bersama untuk kepentingan bersama dan disumbangkan kepada masyarakat secara bersama-sama. Apa yang diperoleh di Bung Hatta adalah hasil usaha bersama, dicari bersama, dan dinikmati bersama pula. Jangan sampai mencari bersama, tetapi menikmati lebih oleh beberapa orang saja atau sekelompok orang saja. Inilah yang harus kita hindari dalam perjalanan jangka panjang.

Trondheim, Norwegia-Kualalumpur, Agustus 2014-Januari 2015
Drs. H. Zuiyen Rais, M.S.
(Redaksi, Rio)