bunghatta.ac.id - Kontribusi perguruan tinggi (PT) belakangan ini sering mendapat sorotan tajam sejumlah pihak. PT dianggap hanya lebih mengedepankan aspek bisnisnya, ketimbang peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Bahkan, PT pun dituding kurang memberikan andil dalam mendorong penuntasan sejumlah persoalan di tengah masyarakat

Beranjak dari anggapan inilah, Redaksi Harian Pagi Padang Ekspres sengaja mengundang pimpinan Universitas Bung Hatta (UBH) guna menguak anggapan minor itu, khususnya terhadap PTS yang dinahkodai Prof Dr Yunazar Manjang, yang hari ini memperingati Lustrum V UBH.

”Tudingan serupa pernah juga dipertanyakan kepada kita. Namun kalau ditelusuri lebih dalam, UBH ikut memberikan kontribusi terhadap Sumbar. Hanya saja belum semuanya sempat dipublikasikan ke masyarakat. Sehingga kontribusi yang telah diberikan UBH dianggap masih terbatas,” jelas Rektor ke-6 universitas yang berdiri 1981 ini.


Selain Yunazar, juga hadir Pembantu Rektor (PR I) Dr Ir Nasfryzal Carlo MSC, PR II Drs Meihendri MSi, PR III Ir M Nursyaifi Yulius MTech MGt, Direktur LPPM Prof Dr Ir Hafrijal Syandri MS, Kabag Personalia dan Hukum Drs Abdullah dan Kabag Humas Indrawadi SPi.

Diskusi yang dipandu Pimpinan Redaksi Wiztian Yoetri, juga dihadiri Pemimpin Perusahaan St Zaili Asri, dan sejumlah awak redaksi Padang Ekspres. Yunazar mengungkapkan, sejumlah kerjasama dengan kabupaten/kota telah dijalin. Pemkab yang telah bekerjasama dengan UBH yakni, Pesisir Selatan, Pasaman, dan Pasaman Barat.

Bentuk kerjasama yang dijalin itu, ungkap Yunazar, berupa proyek penelitian yang mengupas persoalan krusial di daerah. Artinya, tenaga peneliti yang diturunkan UBH akan meneliti permasalahan di ketiga daerah itu. Diharapkan hasil penelitian itu mampu menjadi solusi bagi Pemkab untuk menuntaskan persoalan yang terjadi.

”Anggarannya sendiri kita diberikan Dikti lewat program Forum Konsultasi Komunikasi (FKK). Tahun ini akan cair Rp100 juta dari total bantuan Rp340 juta. Sedangkan sisanya ditanggulangi Pemkab setempat, masing-masing Rp50 juta. Program bantuan ini, satu-satunya yang diberikan Dikti untuk universitas di Sumbar. Kita (UBH, Red) ditetapkan sebagai pilot project lah,” ungkap Rektor yang dikukuhkan semenjak September 2004 ini.

Selain kedua Pemkab itu, Nasfryzal Carlo menambahkan, Pemkab Pasaman Barat yang baru saja dimekarkan, juga sudah menjalin kerjasama dengan UBH. Khusus Pemkab Pasaman Barat, kerjasama lebih ditekankan pada pola pengaturan ruang dan persoalan teknis lainnya. Tentunya membantu operasional pemerintahan pemekaran ini.

Terjalinnya kerjasama itu, tegas Carlo, berkat kepercayaan yang diberikan Pemkab ke UBH. Ini tak lepas dari dukungan tenaga peneliti UBH yang profesional dan handal. Saat ini saja tenaga dosen UBH, umumnya sudah berpendidikan Strata II. Yakni, 192 orang, sedang S2 9 orang, S3 20 orang. Sedangkan S1 hanya 12 orang.

Gairahkan Budaya Riset

Selain menjalin kerjasama dengan Pemkab, UBH sendiri juga berupaya memberikan motivasi dan kegairahan kepada tenaga dosennya guna melakukan riset dan penelitian. Selain mengikutkan dosen dalam pelatihan, workshop dan kegiatan penalaran lainnya, pimpinan UBH juga memberikan insentif terhadap dosen yang bakal melakukan penelitian. Termasuk, memberikan reward kepada staf dosen dan karyawan yang karyanya dipublikasikan di media.

Berkat dukungan motivasi inilah, hasrat tenaga dosen menunaikan tugas pengabdian ke masyarakat meningkat. Bahkan tahun 2006 ini proposal yang diajukan ke rektorat mencapai 38 proposal. Padahal, tahun lalu hanya 4 proposal saja. Nantinya proposal ini akan dikompetisikan di tingkat nasional. Tentunya guna mendapatkan program hibah-hibah yang disediakan Dikti. Misalnya, TPSDP (Technical Profesional Skill Development Project), PHK (Program Hibah Kompetisi), kemitraan, dan lainnya.

Sisi lain, Meihendri selaku pihak yang berkompeten mengurusi bidang keuangan. Umumnya pengembangan kualitas dosen dan fasilitas lainnya, atas bantuan Dikti yang diperoleh UBH dari program hibah yang disediakan. Saat ini tercatat, 16 dari 20 program studi yang ada di UBH mendapat bantuan dari Dikti. Keberhasilan memperoleh hibah-hibah itu, tak lepas besarnya anggaran dana pendamping yang disediakan UBH.

”Tahun ini saja kita menganggarkan Rp1,5 miliar untuk dana pendamping. Selain itu kita juga terbantu dengan alokasi anggaran yang dianggarkan Pemda dalam APBD Sumbar 2006, yakni Rp200 juta. Nantinya akan dialokasikan Rp150 juta peningkatan kualitas SDM (penyekolahan dosen ke jenjang S3, Red) dan Rp50 juta pengabdian masyarakat. Kita rencanakan, di Kota Pariaman kita akan bekerjasama dengan nelayan dalam pembuatan tepung, termasuk pengelolaan lainnya,” tukasnya.

Bebaskan Uang Pembangunan

Khusus meningkatkan dan memberdayakan kapasistas mahasiswa, M Nursyaifi Yulius menyebutkan, pihaknya komitmen dengan mengembangkan kapasistas mahasiswa, terutama sisi penalaran. Pihak universitas akan mem-push mahasiswa mengembangkan daya nalarnya. Sehingga mampu menuntaskan studinya tepat waktu.

Terobosan demi terobosan dijanjikan akan lahir di kampus ini.Teranyar, mulai tahun ajaran 2006 ini, UBH membebaskan uang pembangunan. Langkah taktis ini ditujukan untuk memberikan akses ke masyarakat kalangan menegah ke bawah berkuliah di UBH. Yunanzar menegaskan ini bukanlah upaya UBH ”banting harga”, namun jelas menghilangkan imej mahalnya biaya kuliah di UBH. Berkat kebijakan ini, hanya Rp1,8 juta sudah bisa kuliah di UBH.

Ke depan, UBH berencana akan membuka jurusan pendidikan diplomat. Upaya ini untuk menjawab persoalan makin memudarnya kiprah diplomat asal Minang di kancah nasional. ”Kita pun juga akan memasukan mata ajaran pendidikan korupsi dalam proses pembelajaran dan mengefektifkan pola pembelajaran koperasi yang diamanatkan Bung Hatta. Ini semua bentuk kontribusi kita kepada masyarakat Sumbar,” kata Yunazar. (sumber : rdo-padangekspres.com)

Dibaca: 1914 | Sharing: