Universitas Bung Hatta

Menuju Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

Bg Universitas Bung Hatta
SEBAYA 1: Kompetensi Interkultural Penting dalam Pembelajaran Bahasa Asing
Senin, 31 Agustus 2015 Informasi Kampus

SEBAYA 1: Kompetensi Interkultural Penting dalam Pembelajaran Bahasa Asing

Bahasa dan budaya tidak dapat dipisahkan sebab keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang memiliki keterkaitan. Hal tersebut disampaikan Katharina Endriati Sukamto, Ph.D dari Ketua Masyarakat Linguistik Indonesia saat menjadi narsumber Seminar Nasional Bahasa dan Budaya (SEBAYA-1) yang diselenggarakan oleh Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu budaya Universitas Bung Hatta menggelar dengan tajuk seputar bahasa dan budaya dalam pembelajaran bahasa Inggris yang bertempat di Aula Balairung Caraka Gedung B Kampus Proklamator I Universitas Bung Hatta pada 29-30 Agustus 2015.

Dengan dimoderatori oleh Dr. Yusrita Yanti, S.S, M.Hum, Katharina memaparkan mengenai Kompetensi Interkultural Dalam Pembelajaran Bahasa Asing. Dalam pembelajaran bahasa asing melibatkan dua hal penting diantaranya pemahaman bahwa bahasa target bebeda dari bahasa pertama dan praktik dalam menggunakan bahasa target sesuai kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa tersebut.

“Pembelajaran bahasa asing dapat melalui pendekatan interkultural dalam pengajaran bahasa asing, kita belajar memahami bahasa dan budaya kita sendiri dan kita juga dapat memahami bahasa dan budaya orang lain,” ujar akademisi Universitas Atma Jaya Jakarta.

Ia menyebutkan untuk berkomunikasi dengan orang lain baik yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang sama maupun yang berbeda dan kita belajar meningkatkan kemampuan untuk melakukan refleksi pada berbagai bahasa dan budaya yang diketahui.

“Kompetensi interkultural sangat penting dalam pembelajaran bahasa asing sebab Kita dapat memahami perbedaan antara budaya kita sendiri dan memraktikkan budaya lain melalui penggunaan bahasa asing. Kemudian kita dapat menghargai keunikan budaya lain dan dapat bergaul dan berkomunikasi dengan orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan kita,” ulasnya.

Ia menjelaskan pengajaran bahasa asing sering kali hanya berfokus pada kemampuan linguistik saja. Sering kali guru mengabaikan pendekatan-pendekatan yang seharusnya dapat dilakukan untuk membantu siswanya dalam memahami dimensi-dimensi budaya dalam pembelajaran bahasa asing.

“Tujuan pembelajaran bahasa asing adalah membuat siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa target. Kemampuan berkomunikasi (communicative competence) meliputi linguistic competence, sociolinguistic competence dan discourse competence,” ungkapnya.

Katharina mengatakan Beberapa model kompetensi interkultural seperti ByramÂ’s model of intercultural competence, BennettÂ’s developmental model of intercultural sensitivity dan JensenÂ’s model of intercultural communication. Pemahaman budaya asing merupakan sebuah proses, jadi perlu waktu untuk perlahan-lahan berubah dari orang yang ethnocentric menjadi ethnorelative.

“Pembelajaran bahasa asing seyogyanya memberdayakan siswa untuk menjadi intercultural speakers. Tiga pendekatan yang telah disampaikan tadi dapat dijadikan pegangan bagi guru untuk memahami proses pembelajaran bahasa asing dengan pendekatan intercultural,” tutupnya. (**Ubay-Humas UBH)