Universitas Bung Hatta

Menuju Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

Bg Universitas Bung Hatta
Sabtu, 13 Januari 2007 Perikanan

''Rumah Ikan'' dari Terumbu Karang Buatan

Di terumbu karang itulah, yang sebetulnya juga merupakan makhluk hidup yang terbentuk dari binatang-binatang karang atau planula yang telah mengalami proses pengerasan atau pengapuran selama bertahun-tahun, ikan-ikan bertelur dan mengalami tumbuh kembang.
Kerusakan terumbu karang bisa berarti ancaman bagi keberlangsungan hidup ikan. Jika populasi ikan di laut dikabarkan berkurang dan hasil tangkapan nelayan makin tahun terus menyusut, bisa jadi itu merupakan salah satu akibat dari kerusakan terumbu karang asli yang terbentuk secara alami.

Terumbu karang di Kepulauan Mentawai Sumatera Barat merupakan salah satu habitat ikan yang tengah mengalami proses kerusakan. Berdasarkan hasil penelitian Puslitbang Perikanan Universitas Bung Hatta dan Yayasan Minang Bahari Padang, terumbu karang di kepulauan Mentawai kondisinya sudah rusak parah akibat penangkapan ikan dengan bahan peledak serta racun potasium serta pengambilan terumbu karang sebagai bahan bangunan.
Rumah Ikan dengan Karang Buatan

Perairan Tua Pejat, Ibu Kota Kabupaten Kepulaun Mentawai merupakan salah satu kawasan tempat terumbu karang mengalami kerusakan, yang dicoba diatasi dengan terumbu karang buatan, yang dapat ditempuh sekitar 30 menit perjalanan dengan perahu dari pelabuhan Tua Pejat.

Terumbu karang buatan adalah benda berbentuk kotak bolong di ke enam sisinya, terbuat dari susunan batangan beton bertulang. Pembuatannya dengan cara mengecor adonan semen, batu kricak, dan pasir pada sebuah cetakan.

Kotak-kotak itu kemudian disusun menjadi bentuk piramida, dengan komposisi sembilan (bawah), empat (tengah), satu (puncak), kemudian diikat satu sama lain. Proses selanjutnya menenggelamkan piramida itu di kedalaman laut.

Menurut Samsuardi, ketua tim, yang juga ahli pemotretan dan video underwater di dalam air, penenggelamannya tidak bisa di sembarang tempat di laut. Kedalamannya saja harus memenuhi syarat minimal 10 sampai 20 meter dari permukaan laut, supaya tidak mengganggu pelayaran.

Selain itu dasar laut harus dipilih yang tidak berlumpur. Setelah terpasang di lokasi yang memenuhi syarat, di permukaan ditempatkan sebuah pelampung yang dihubungkan dengan tali dan diikatkan pada karang buatan itu. Pelampung itu akan menjadi tanda atau peringatan bagi pengguna perairan, misalnya nelayan, bahwa di lokasi dimaksud terdapat karang buatan.

Benda hasil rekayasa para ahli itu selanjutnya akan dihinggapi oleh binatang-binatang karang, yang seiring perjalanan waktu akan mengalami proses pengerasan atau pengapuran. Semakin lama berada di kedalaman air dan mengalami proses seperti itu, benda tersebut akan makin kuat, dan diharapkan bisa menjadi tempat bagi ikan-ikan di laut untuk bertelur serta tumbuh dan berkembang.
Dengan fungsi seperti itu, karang buatan mirip dengan rumpon, yang di pantai Jakarta dibikin dengan menenggelamkan bus-bus atau becak-becak bekas. Hanya bedanya, terumbu karang buatan memiliki fungsi-fungsi lain yang lebih kompleks.

Pembuatannya mungkin pekerjaan mudah. Tapi proses penenggelaman dan penempatannya di laut memerlukan keterlibatan para ahli di bidangnya. Benda itu diangkut dari Padang untuk disusun menjadi piramida. Penenggelamannya dan penyusunannya dibawah air dilakukan oleh para penyelam dari Yayasan Minang Bahari dan Diving Proklamator Universitas Bung Hatta Padang didampingi oleh beberapa nelayan setempat.